Cara Kerja Geotextile dalam Proses Konstruksi
Geotextile menjadi salah satu material yang banyak digunakan dalam proses konstruksi. Cara kerja geotextile yang efisien membuatnya lebih banyak dipilih untuk berbagai alasan. Selain karena efisiensi harga dan waktu, geotextile memiliki cara kerja yang beragam dan multifungsi.
Bagaimana cara kerja geotextile ini sendiri? Apakah masing-masing jenis memiliki fungsi yang berbeda? Yuk simak ulasan berikut mengenai cara kerja geotextile berikut ini!
Geotextile sebagai Filter atau Penyaring
Geotextile merupakan material yang memiliki sifat permeabilitas yang tinggi. Dengan fisat ini, sehingga mampu mengalirkan air yang melalui bahan geotextile. Pada aplikasinya aliran air akan membawa partikel tanah maka disinilah fungsi lapisan geotextile sebagai filter atau penyaring dimana air tetap dapat mengalir namun partikel tanah tidak ikut menembus bahan geotextile.
Sebagai Separator atau Pemisah
Cara kerja material geotextile dan fungsi dari geotextile ini selanjutnya adalah sebagai separator. Material ini tentu saja telah diketahui sebagai material yang efektif mencegah tercampurnya tanah lunak dengan tanah perkerasan diatasnya seperti pada kasus pembangunan jalan diatas tanah lunak.
Seringkali tanah dasar lunak bergerak naik disini peran geotextile untuk mencegah naiknya tanah lunak ke tanah perkerasan. Dengan cara kerja yang efektif membuat geotextile banyak digunakan untuk pemisah.
Yang menjadi salah satu kelebihan dari geotextile adalah memiliki daya mulur yang baik dan dapat menahan gaya gesek yang terjadi sehingga sangat cocok dijadikan pemisah antara tanah lunak dan tanah perkerasan di atasnya.
Geotextile untuk Stabilization atau Stabilisator
Geotextile memiliki cara kerja sebagai stabilisator yang masih berhubungan dengan separator di atas. Hal ini bisa terjadi karena memiliki kuat tarik yang baik geotextile dapat menyalurkan beban diatasnya secara merata sehingga dapat meningkatkan kekuatan tanah pada proses pengurugan.
Meski sudah banyak diterapkan, ternyata penggunaan geotextile sebagai stabilisator masih diuji di kalangan teknik. Apa saja alasan yang membuatnya menjadi pro dan kontra dalam penggunaannya di proses konstruksi?
- Geotextile harus digelarkan secara lepas tanpa kerutan atau lipatan berlebihan. Geotextile harus digelar dengan arah mesin tegak lurus atau sejajar dengan as timbunan seperti ditunjukkan pada gambar rencana. Arah tegak lurus dan sejajar mesin harus saling berlawanan.
- Pada kondisi apapun, Geotextile tidak boleh diseret melalui lumpur atau di atas benda tajam yang dapat merusak Geotextile. Lapis timbunan penutup harus ditempatkan di atas Geotextile sedemikian rupa sehingga sekurang kurangnya suatu lapisan setebal 200 mm berada antara Geotextile dan roda atau roda rantai baja (track).
Ukuran dan berat dari alat berat yang digunakan harus dibatasi sehingga alur pada penghamparan pertama di atas Geotextile tidak lebih dari 75 mm untuk menghindari peregangan Geotextile yang berlebihan.
Alat berat tidak diperbolehkan berbelok pada hamparan timbunan pertama di atas Geotextile. Pemadatan pada hamparan timbunan pertama di atas Geotextile harus dibatasi hanya untuk alat penyebar tanah. Alat pemadat getar tidak boleh digunakan pada hamparan timbunan pertama.
- Gundukan tanah atau metode berdasarkan rekomendasi pabrik harus digunakan untuk menahan Geotextile pada tempatnya sampai bahan timbunan penutup telah ditempatkan.
- Jika Geotextile robek atau berlubang atau sambungan rusak, seperti ditunjukkan oleh Geotextile yang rusak secara kasat mata, pemompaan (pumping) tanah dasar, intrusi, atau distorsi badan jalan.
Bisa pula pada urugan di sekeliling daerah yang rusak atau berdeformasi harus dibongkar dan daerah yang rusak harus diperbaiki oleh kontraktor tanpa beban biaya pada Direksi Pekerjaan.
Perbaikan harus meliputi suatu tambalan Geotextile dengan jenis yang sama yang ditempatkan di atas daerah yang rusak. Tambalan harus dijahit pada semua tepi.
- Konstruksi timbunan harus dilakukan secara simetris sepanjang waktu untuk mencegah keruntuhan kapasitas daya dukung lokal di bawah timbunan atau geser lateral atau gelincir timbunan.
Setiap urugan yang ditempatkan di atas Geotextile harus segera disebarkan. Gundukan persediaan tanah urugan di atas Geotextile tidak diperbolehkan. Cara kerja ini yang paling banyak dilakukan dalam penggunaan geotextile.
- Pemadat getar atau pemadat kaki domba tidak boleh digunakan untuk memadatkan timbunan hingga sekurang-kurangnya 0,5 m timbunan telah menutupi lapisan Geotextile terbawah dan sampai sekurang-kurangnya 0,3 m timbunan telah menutupi lapisan Geotextile selanjutnya di atas Geotextile terbawah.
- Geotextile harus di-pratarik sebelum penggelaran dengan menggunakan Metode 1 atau Metode 2 yang dijelaskan dalam Spesifikasi ini. Pemilihan metode tersebut tergantung pada terbentuk atau tidaknya gelombang lumpur selama penghamparan timbunan pertama atau kedua. Jika gelombang lumpur timbul ketika timbunan didorong pada Geotextile lapis pertama, maka Metode 1 harus digunakan.
Baca juga: Berita Sulawesi Tentang Layanan Administrasi Pemerintah Terlengkap 2020
Metode dalam Pembangunan dengan Geotextile
Bersumber dari situs Mega Abadi Perkasa, dalam menggunakan geotextile, ada cara kerja dan metode 1 yang harus dilanjutkan hingga gelombang lumpur mulai menghilang saat timbunan disebarkan. Ketika gelombang lumpur tidak terbentuk, maka metode 2 dapat digunakan sampai lapis geotextile teratas tertutup timbunan minimum setebal 0,3 m.
Metode konstruksi khusus ini tidak diperlukan untuk penghamparan timbunan di atas ketinggian ini. Jika suatu gelombang lumpur tidak terbentuk ketika timbunan didorong pada lapis pertama Geotextile, maka Metode 2 harus digunakan di awal sampai lapis teratas Geotextile tertutup timbunan padat minimum setebal 0,3 m.
Mengenal Cara Kerja Metode 1
Setelah pembuatan lantai kerja (jika dibutuhkan), lapis pertama geotextile dihamparkan dengan arah melintang timbunan dan dijahit bersama. Geotextile diregangkan secara manual untuk meyakinkan bahwa kerutan tidak terbentuk pada geotextile.
Penghamparan timbunan harus dengan cara penumpahan ujung (end dumping) dan disebarkan dari tepi geotextile. Penghamparan pertama harus ditempatkan sepanjang tepi luar geotextile, untuk mengurung gelombang lumpur dan membuat jalan akses yang diperlukan untuk menempatkan timbunan di tengah timbunan.
Lebar jalan akses ini harus sekitar 5m. Jalan akses di ujung Geotextile harus mempunyai tinggi minimum terpasang 0,6 m. dengan cara kerja metode 2 ini membuat material geotextile akan lebih berfungsi maksimal.
Setelah jalan akses mencapai panjang 15 m, penimbunan untuk jalan akses harus terus dilakukan sebelum penimbunan bagian tengah. Panjang jalan akses ini harus dipertahankan tetap 15 m di depan timbunan bagian tengah seperti ditunjukkan pada gambar rencana.
Dengan menjaga gelombang lumpur berada di depan timbunan dan dengan mencegah pergerakan tepi geotextile, maka geotextile akan tertarik secara efektif. Geotextile harus digelar tidak lebih dari 6m di depan jalan akses untuk mencegah terjadinya tegangan berlebihan pada jahitan geotextile.
Cara Kerja Metode 2
Setelah pembuatan lantai kerja (jika dibutuhkan), lapis pertama geotextile bisa dihamparkan dengan arah melintang timbunan dan dijahit bersama seperti pada Metode 1. Penghamparan pertama timbunan harus disebarkan dari tepi geotextile.
Penghamparan pertama dimulai di bagian tengah sebelum penghamparan di bagian tepi luar seperti diperlihatkan pada gambar rencana. Geotextile harus ditarik secara manual sebelum penghamparan timbunan.
Konstruksi timbunan harus dilanjutkan dengan cara kerja tersebut untuk penghamparan selanjutnya sampai lapisan geotextile teratas telah tertutup oleh timbunan padat setebal 0,3m.
Demikian tadi penjelasan mengenai cara kerja material geotextile dalam dunia konstruksi secara umum. Semoga bermanfaat!